Indramayu, pillardemokrasi.com – Malam ini, Minggu (28 Desember 2024) 18 Koreografer kontemporer Indonesia siap ramaikan panggung tahunan Pasar Tari Kontemporer XI (Pastakom) di Gedung Teater Terbuka Bustamam Halimi, Taman Budaya Riau.
Pastakom XI dalam tema “Tubuh-tubuh Tradisi” ini menghadirkan 18 Koreografi Kontemporer seperti: Ninik Gondrong (Aceh), Iing Sayuti (Indramayu), Kiki Rahmatika Syaher (Lampung), Ruki Daryudi (Tanjungpinang), Elfhera Roswsti (Pakanbaru), Nurlita Martison (Pakanbaru), Mu’ammar Ghadafi (Pakanbaru), Claudio Chantona (Pakanbaru), Izadri Nizami (Pakanbaru), Erni Lestari (Rohul), Ririe Syefriani (Pakanbaru), Nuraini (Pakanbaru), Muhammad Aqsal (Pakanbaru), M. Syukri (Bengkalis), Faizal Andri (Pelalawan), Syafmanefi Alamanda (Pakanbaru), Allen Trendi (Siak), Puri Anjani (Pakanbaru).
Dari Indramayu, Iing Sayuti membawakan satu nomor garapan terbarunya bertajuk TANTRA KEPANJEN dengan sound Ekaterina Shelehova & Ani Choying Drolma
Penari kontemporer yang enggan mendompleng nama besar Neneknya penari topeng Cirebon itu selalu hadir dengan karya-karya mengejutkan. Kali ini Iing Sayuti menampilkan Tantra Kepanjen atau pencarian panji.
Bermula dari kegelisahannya mencari jatidiri, namun dalam pencarian melalui kreativitas, ibadah dan tirakatnya justru seolah menemukan Tuhan.
Proses perjalanan batin mendalam ini
menjadi moment tak terpisahkan antara manusia dan Tuhan yang senantiasa berinteraksi dalam setiap aktivitas manusia. Aktivitas lahir yang terkontrol oleh kehadiran Tuhan yang berkelindan dalam dirinya, untuk tidak hanyut dalam ambisi duniawi.
Kreativitas semacam ini sepertinya sejalan dengan apa yang dikatakan Direktur Pastakom XI, SPN Iwan Irawan Permadi, tema “Tubuh-tubuh Tradisi” sebagai upaya menyoroti dan mengangkat bagaimana kesenian tradisi Riau dapat menjadi sumber inspirasi dalam menciptakan karya tari yang relevan dengan zaman.
“Bukan meniru, meminjam, mencangkok atau menjadi bayang-bayang seni budaya bangsa lain,” ujar Iwan Irawan
Koreografer Indonesia kelahiran Bandung 64 tahun lalu, Iwan Irawan Permadi yang membumbung di era 90-an ini juga menegaskan soal kreativitas dalam memodernisasi tradisi. Sebab tugas seniman tari bukan hanya meniru atau mencangkok tradisi, melainkan menghidupkan kembali tradisi dengan cara yang baru dan segar.
“Oleh karena itu jadikan tradisi sebagai landasan berkarya yang disesuaikan zaman. Jangan malas baca, malas meng-eksplorasi tradisi. Teruslah bergerak untuk melahirkan karya kontemporer Riau,” ujarnya.
Sementara pada workshop “membongkar dan mengembangkan konsep karya tari tradisi menuju kontemporer” tanggal 25 – 26 Desember lalu, mengawali kegiatan spektakuler tahunan, Pastakom XI. Menghadirkan Kiki Rahmatika Shaher M.Sn didampingi koreografer muda Riau, Dasrikal Amd.Sn, selaku pemateri yang ramai oleh berbagai ide ide kreatif.
“Diskusi-diskusi kreatif akan menjadi bagian integral dari workshop ini. Kami ingin mendorong koreografer Riau untuk lebih banyak melakukan riset mendalam terhadap tradisi mereka, bukan hanya mengambil permukaannya saja,” tambah Iwan. (Acep)