Negeri Lahir dari Banjir

Di sebuah pesisir bernama Desa Air Batu, kehidupan berjalan damai hingga suatu hari, alam menuntut haknya kembali. Rob besar datang tanpa ampun, menyapu seluruh desa. Banjir dengan ketinggian dua meter itu tak kunjung surut, memaksa penduduk meninggalkan rumah-rumah mereka yang kini tenggelam hingga hanya menyisakan atap-atap yang mengapung.

Warga pun berbondong-bondong mengungsi ke arah hutan di perbukitan yang letaknya sekitar 14 kilometer dari desa yang telah tenggelam. Di tengah rasa kehilangan, mereka mulai menyusun kehidupan baru.

Bacaan Lainnya

Tokoh masyarakat, Pak Rahman, seorang tua yang bijak, berkata, “Kita harus memulai kembali. Tempat ini akan menjadi rumah baru kita. Pertama, kita dirikan masjid. Tempat kita memohon perlindungan kepada Tuhan sekaligus menjadi pusat pemerintahan sementara.”

Dalam waktu beberapa minggu, dengan kerja keras bahu-membahu, masjid kecil dari kayu pun berdiri megah di tengah hutan. Masjid itu menjadi tanda kehidupan baru, pusat dari segalanya. Masyarakat berkumpul, bermusyawarah, dan memulai pembangunan rumah-rumah sederhana di sekitarnya.

Tahun demi tahun berlalu, desa itu mulai hidup dan berkembang. Bangunan pemerintah, seperti balai desa, sekolah, dan puskesmas, mulai berdiri. Jalan setapak yang dulu hanya tanah dan kerikil kini berubah menjadi jalan kecil yang menghubungkan desa ke wilayah luar.

Anak-anak yang dulu bermain di Desa Air Batu kini tumbuh besar dan menjadi generasi pertama yang mengenal kampung baru ini sebagai rumah mereka. Desa itu diberi nama “Harapan Baru,” simbol perjuangan dan kebangkitan dari musibah.

Meski demikian, kenangan tentang Desa Air Batu yang tenggelam tetap hidup di hati mereka. Kadang-kadang, mereka berjalan sejauh 14 kilometer untuk sekadar melihat puing-puing desa lama yang kini menjadi lautan. Di sana, mereka mendoakan leluhur dan mengenang masa-masa sulit yang telah mereka lalui.

“Apakah bencana itu akan kembali?” tanya seorang anak kecil pada ayahnya.

“Tidak akan, Nak,” jawab sang ayah, tersenyum. “Kita telah belajar dari alam. Desa ini cukup tinggi, jauh dari jangkauan air. Tuhan tidak akan menguji kita dua kali dengan cara yang sama.”

Desa Harapan Baru kini telah menjadi bukti bahwa dari bencana, bisa lahir kehidupan baru yang lebih kuat. Hutan yang dulu hanya rimbun dengan pepohonan kini menjadi rumah yang penuh harapan. Dan di setiap sudut desa, semangat gotong royong tetap hidup, mengakar di hati setiap penduduknya.

Rabu, (15/01/2025).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *