Indramayu, pillardemokrasi.com – Puluhan perwakilan kelompok tani dan raksa bumi dari empat kecamatan di Indramayu, yakni Patrol, Anjatan, Sukra, dan gabus mendatangi kantor PT Nindya Karya yang berlokasi di Desa Jatireja, Kecamatan Compreng, pada Senin (16/12/2024). Para petani menyampaikan aspirasi mereka terkait kebutuhan tambahan debit air untuk mendukung musim tanam rendeng.
Mereka menuntut agar pihak proyek menambah pasokan air dari PJT sebesar 5 kubik. Sebelum proyek ini berjalan, petani biasa menerima pasokan air hingga 22 kubik. Namun, sejak proyek berjalan, debit air yang diterima petani menurun drastis.
Ahmad Yani, salah satu perwakilan petani dari Desa Mekarsari, Kecamatan Patrol, menegaskan bahwa proyek yang dilakukan PT Nindya Karya telah berdampak langsung pada hasil panen petani. Ia berharap proyek tersebut tetap berjalan, namun tidak mengorbankan kepentingan petani.
“Kami tidak melarang proyek ini, silakan berjalan. Tapi, tolong jangan abaikan hak-hak petani. Dengan berkurangnya debit air, banyak petani yang merugi sejak tahun lalu. Panen kami turun drastis,” ujarnya dengan nada tegas.
Menanggapi hal tersebut, Erwan, selaku Project Manager PT Nindya Karya, menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung ketahanan pangan di Indramayu. Ia mengaku telah berupaya memberikan solusi terbaik bagi para petani.
“Kami sudah berusaha maksimal. Hari ini juga kami akan melakukan pengecekan lokasi bersama pihak Balai Wilayah Sungai (BWWS). Jika pompanisasi memang diperlukan, kami akan lakukan,” ujar Erwan saat menemui para petani.
Erwan menjelaskan bahwa proyek pembangunan kantung lumpur yang saat ini sedang dikejar siang dan malam bertujuan meningkatkan debit air dan kualitas air. Proyek tersebut, menurutnya, akan memberikan dampak positif bagi para petani dalam jangka panjang.
“Proyek kantung lumpur ini bertujuan agar air yang mengalir ke hilir lebih bersih dan bebas lumpur. Dengan begitu, pasokan air ke sawah petani bisa lebih baik dari sebelumnya,” tambahnya.
Namun, para petani meminta agar langkah konkret dilakukan segera. Menurut mereka, musim tanam rendeng tidak bisa ditunda, dan ketersediaan air yang cukup menjadi kunci keberhasilan panen.
Protes yang dilakukan para petani ini mencerminkan keresahan yang telah mereka alami sejak tahun lalu. Penurunan debit air disebut-sebut telah mengakibatkan kerugian finansial yang cukup besar bagi para petani.
Tuntutan para petani ini sejalan dengan harapan pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Pasokan air yang cukup menjadi faktor kunci dalam menjaga produktivitas lahan pertanian, terutama di wilayah lumbung padi seperti Indramayu.
Ke depan, para petani berharap pihak proyek dan pemerintah bisa bersinergi untuk menemukan solusi yang menguntungkan semua pihak. Sebab, jika tidak ada langkah konkret, potensi kerugian yang lebih besar akan terus menghantui petani di tempat kecamatan tersebut.