Indramayu, pillardemokrasi.com – Pasar Tari Kontemporer XI (Pastakom) yang digelar pada 27-28 Desember 2024 di Gedung Teater Terbuka Bustamam Halimi, Taman Budaya Riau, sukses menghadirkan 18 karya “Tubuh-tubuh Tradisi” dari berbagai daerah di Indonesia.
Para seniman tari dari Aceh, Indramayu, Lampung, hingga Pekanbaru menampilkan karya yang memadukan tradisi dengan eksplorasi kontemporer. Nama-nama seperti Ninik Gondrong (Aceh), Iing Sayuti (Indramayu), dan Kiki Rahmatika Syaher (Lampung) mencuri perhatian lewat tarian yang menghidupkan panggung dengan gerakan dinamis, patah, dan meliuk seiring iringan musik yang memperkaya pertunjukan.
Beberapa karya yang menonjol malam itu antara lain:
“Anak Rawa” oleh Allen Trendi (Siak),
“Interaksi/Interaction” oleh Kiki Rahmatika Syaher (Lampung),
“Terpulang” oleh Syafmanefi Alamanda (Pekanbaru), dan
“Bungong Ceudah Ladoina” oleh Ninik Gondrong (Aceh).
Salah satu sorotan utama adalah Iing Sayuti dari Indramayu, yang tampil dengan karyanya “Tantra Kepanjen”. Karya ini terinspirasi dari Tari Topeng Panji, merefleksikan aktivitas masyarakat pesisir melalui perpaduan gerakan lokal dan modern. Soundtrack dari Ekaterina Shelehova dan Ani Choying Drolma memperkuat atmosfer, menciptakan pengalaman yang mendalam bagi penonton.
Dalam karyanya, Iing menggambarkan hubungan antara alam, manusia, dan Tuhan yang saling berinteraksi. Ia menuturkan bahwa menghadirkan “ruh” pada tarian membutuhkan kepekaan, kontemplasi, dan imajinasi yang tajam.
“Saya sangat menguasai tari tradisi, jadi memindahkan gerakan masyarakat ke dalam bentuk tari itu mudah. Namun, memberikan jiwa pada gerakan tersebut membutuhkan usaha lebih dalam,” ungkap Iing, yang mendapat apresiasi besar dari penonton.
Para maestro tari seperti Tom Ibnur dan Iwan Irawan Permadi juga mencatat pentingnya Pastakom XI ini sebagai langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan tari kontemporer di Indonesia.
“Walaupun belum sempurna, mereka telah berjuang memberikan yang terbaik,” ujar Iwan Irawan, memberikan penghargaan kepada seluruh seniman yang berpartisipasi.
Dengan keberhasilan ini, Pastakom terus menunjukkan bahwa tradisi mampu hidup dalam gerak kontemporer, membawa nilai budaya Indonesia ke kancah yang lebih luas.